Selamat datang di dunia satwa
info mengenai cara membudidaya Burung walet yang menguntungkan dalam hal untuk membudidayakan burung walet kebanyakan masyarakat tak mengenal cara membudidayakannya sehingga banyak masyarakat hanya mampu mengambil sarang nya saja.tetapi hal yang perlukita ketahuibanyak sudah pengusaha burung walet menjadi jutawan karena walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di pasar Internasional akan kebutuhan sarang burung walet masih kekurangan, apabila kita kita dapat mengelola atau pun membudidayakan sarang burung walet sangatlah menjanjikan jadi tak salah kalau kita menjadikan Burung walet ini sebagai peluang usaha disamping hobby
Hal-hal yang perlu kalian pahami adalah sebagai berikut
• Kandang/lokasih tempat kita membudidayakannya
• Perawatan
• Pembibitan
• Masa panen
•
KANDANG/LOKASIH TEMPAT KITA MEMBUDIDAYAKANNYA
Pemilihan lokasi kandang sangat menentukan dalam budidaya sarang burung walet :Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat
Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Dalam budidaya burung walet, diperlukannya keadaan gedung yang mirip seperti gua-gua alami seperti suhu, kelembaban dan penerangan berkisar antara 25-27 derajat C dan kelembaban ± 70-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
Satu lagi yang cukup penting rumah sarang burung walet tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi haruslah dihalaman terbuka.
Tembok terbuat dari dinding berplester campuran semen. Pada bagian dalam sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen dapat disiram air setiap hari.
Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet dibuat dari kayu yang kuat, tua, tahan lama/awet, dan tidak mudah dimakan rayaf Untuk atap terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
Perawatan
Dalam hal proses perawatan burung walet hal yang perlu kita lakukan adalah kebersihan kandang atau tempat kita membudidayakan burung tersebut.hal ini cukup kita bersihkan dengan cara membersihkan kotoran burung tersebut,dan kotoran tersebut bisa kita gunakan untuk pupuk tanaman
Pembibitan
Dalam soal pembibitan adalah yang perlu kita ketahui yaitu cara penempatan atau mengetahui burung-burung walet yang biasa berterbangan,di tempat atau gedung yang akan kita jadikan sangkar atau rumah burung walet tersebut.hendaklah kita memakai teknik pemancingan dengan cara menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan kiat lain dengan menghasilkan sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga kecil dengan membuat tumpukan jerami.supaya burung walet mau bersarang di gedung kita,kita pilih indukan burung SRITI hal ini supaya memancing burung-burung walet tersebut mau masuk ke gedung yang kita buat untuk rumah mereka.paktor pendukung semua itu hendaklah memakai suara burung walet atau sriti hal ini kita lakukan di waktu sekitar pukul 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan,kalau hal-hal diatas sudah sesuai dan burung mau bersarang di tempat kita jadi kita tinggal menunggu proses untuk selanjutnya
Proses Panen
Dalam hal ini tentunya ada hal-hal yang kita ketahui lebih lanjut,karena yang pertama panen sarangnya atau mau memperbanyak dahulu populasi walet itu sendiri hal ini menjadi pilihan bagi kita karena hal ini mempunyai 2 keuntungan dan kerugian dalam masing-masing hal
• Dalam proses penetasan anakan burung walet,
Penetasan telur burung walet memiliki peranan sangat baik yaitu memperbanyak populasi burung walet. Telur dapat diperoleh ketika peternak sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Panen buang telur yaitu pengambilan sarang burung walet kemudian telur dibuang. Untuk penetasan telur perlu diperhatikan beberapa ketentuan a. Pemilihan
Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
1. Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
2. Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
3. Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
1. Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
2. Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
3. Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :
1. kantung udara yang relatif kecil.
2. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.
3. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah.
4. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.
b. Membawa Telur Walet
Letak atau jarak ketika membawa telur telur memiliki perbedaan, jika jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan jika telur jaraknya jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.
Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.
3. Penetasan Telur Walet
a. Penetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung biasanya sriti tiba, gantikan telur sriti dengan telur walet. Untuk menghindari kerusakan dan pencemaran saat pengambilan telur dilakuakan dengan menggunakan sendok pelstik atau kertas tisu. Jika ada kerusakan dan pencemaran dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya.
Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan
b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih.
Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari. Ketika pembalikan posisi telur, dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau dibuang. Embrio mati memiliki tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap.
Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.
PANEN SARANG BURUNG WALET
Masa panen Sarang burung walet dapat dilakukan apabila keadaannya sudah memungkinkan. Pemetikan sarang burung walet diperlukan cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu. Apabila terjadi kesalahan dalam memanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
1. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2. Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1. Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihunidan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panenselanjutnya dengan pola buang telur
2. Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
3. Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.
Pakan
Burung walet merupakan pencari makan sendiri, burung ibi adalah tipe burung liar. Makanan burung walet adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Agar mendapatkan hasil sarang walet yang memuaskan, pengelola sangatlah perlu menyediakan makanan tambahan terutama ketika musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
Proses Pemasaran
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Pemisahan dilakukan agar nilai harga sarang burung walet tetap bagus,
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar